Pemuda dan pemudi memang memegang peranan penting dalam hampir setiap perjuangan meraih cita-cita. Revolusi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki digerakkan oleh para pemuda-pemudi. Perjuangan pro demokrasi di RRC dan Burma juga digerakkan oleh pemuda dan pemudi. Medan Tiananmen di Beijing, Cina boleh menjadi saksi bagaimana keberanian pemuda-pemudi menyongsong desingan peluru demi cita-cita demokrasi yang didambakannya. Bahkan foto yang merakamkan keberanian seorang pemuda pro-demokrasi menyongsong iringan kereta kebal menjadi foto jurnalistik terbaik sedunia seketika itu. Para pengikut setia Lenin dan Stalin di awal kemenangan komunis di Russia kebanyakannya adalah para pemuda. Pemuda Michail Gorbachev ketika berusia 18 tahun menulis, ' Lenin adalah ayahku, guruku dan Tuhanku'.
Begitu juga dalam sejarah dakwah Islam, pemuda-pemudi memegang peranan penting. Para Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk meyampaikan ajaran agama Allah terpilih dari kalangan pemuda yang rata-rata berusia sekitar empat puluh tahun. Berkata Ibnu Abbas R.A, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja ( antara 30-40 tahun). Begitu juga tidak seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan (hanya) dari kalangan pemuda saja." (Tafsir Ibn Katsir III/63). Dalam Al Quran terdapat banyak kisah pemuda dalam menegakkan kebenaran. Ada pemuda Ashabul Kahfi, pemuda Musa, pemuda Yusuf dan sebagainya. Renunglah kisah bagaimana keberanian seorang pemuda iaitu Nabi Ibrahim yang kisahnya terdapat dalam surah Al Anbiyaa' :
"Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ." (( Surah 21, Al-Anbiyaa' : Ayat 60 ))
Ibrahim sememangnya menentang keras kebiasaan kaumnya yang menyembah sesuatu selain Allah.Ia mencela patung-patung sembahan mereka yang sama sekali tidak memberi manfaat dan hanya mendatangkan mudharat. Dalam surah Asy Syu'ara ayat 72, diceritakan bagaimana pemuda Ibrahim berdebat mengenai cara kaumnya berfikir.
"Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian." (( Surah 26, Asy-Syu'araa : Ayat 72-74 ))
Jelaslah bahawa mereka menyembah berhala-berhala itu kerana taqlid buta semata-mata, tanpa ilmu. Ibrahim lantas menjelaskan siapa yang sesungguhnya berhak disembah.
"Berkata Ibrahim, "karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam, (iaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku."" (( Surah 26, Asy-Syu'araa : Ayat 77-80 )) Bukan hanya berdebat,malahan Ibrahim juga bertindak. Ayat dari surah Al Anbiya menceritakan :
"Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. " (( Surah 21, Al-Anbiyaa' : Ayat 58 ))
Ketika mereka menangkap Ibrahim dan menuduhnya merosakkan berhala itu, Ibrahim meminta mereka untuk bertanya kepada berhala besar yang masih tertegak itu. Sudah tentu meraka tidak mahu melakukan kerana mereka tahu bahawa berhala itu tidak dapat berbicara.
"Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?" (( Surah 21, Al-Anbiyaa' : Ayat 65-66 ))
Lawat posting lama [ link ]