(( Palestine Slide Show ))

(( Lemah Iman ))

*Dipetik dari [ link ]

Sesungguhnya penyakit lemah iman itu mempunyai beberapa tanda dan fenomena, di antaranya

Pertama: Melakukan kederhakaan dan dosa
“Setiap umatku mendapat perlindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseorang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari, padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, malam tadi aku telah berbuat begini dan begini’, padahal Rabb-nya telah menutupinya, namun kemudian dia menyelak sendiri apa yang telah ditutupi Allah pada dirinya.” (( Riwayat Bukhari ))



Kedua: Merasakan adanya kekerasan dan kekakuan hati
Kerana perasaan ini, seseorang merasakan seakan-akan hatinya telah berubah laksana batu keras yang hampir mustahil diusik dan dipengaruhi sesuatu pun. Allah telah berfirman:


“Kemudian setelah itu, hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (( Surah 2, Al-Baqarah : Ayat 74 ))

Ketiga: Tidak tekun dalam beribadah
“Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (( At-Tarmizi ))
Antara tandanya ialah tidak khusyuk serta hilang tumpuan semasa solat, membaca quran, berdoa dan lain-lain. Tidak menyemak dan memikirkan makna-makna doa, sehingga dia membacanya hanya sekadar rutin yang sudah tentu membosankan

Keempat: Malas untuk melakukan amal taat dan ibadah serta meremehkannya


“Dan, apabila mereka berdiri untuk solat, mereka berdiri dengan malas.” (( Surah 4, An-Nisa’ : Ayat 142 ))

Masih ada sahaja segolongan orang yang menangguh-nangguh mengikuti saf pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan (mencampakkan) mereka di dalam neraka.” (( Riwayat Abu Daud ))


“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan, mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (( Surah 21, Al-Anbiyaa’ : Ayat 90 ))

Kelima: Dada yang terasa menyesak, perubahan perilaku dan tabiat yang terbelenggu
Sehingga seakan-akan seseorang merasa beban berat yang menghimpitnya. Sehingga dia cepat menjadi resah dan gelisah kerana suatu masalah yang remeh sahaja. abi Sallallahu Alaihi Wasallam telah mensifati iman sebagai berikut: “Iman itu ialah kesabaran dan kelapangan hati.”

Keenam: Tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Quran
Tidak tersentuh dengan janji, ancaman, perintah, pensifatan kiamat dan lain-lainnya di dalam Al-Quran. Orang yang lemah imannya akan menjadi bosan dan malas untuk mendengarkan kandungan isi Al-Quran, dan tidak berusaha untuk membuka dirinya untuk berhubung secara langsung dengan bacaan Al-Quran. Sekiranya dia membuka mushaf, isi kandungannya tidak diperhatikan dan diberi perhatian.

Ketujuh: Melalaikan Allah dalam hal berzikir dan berdoa
Allah telah mensifati orang-orang munafik dalam firman-Nya:


Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” [An-Nisa’: 142]

Kelapan: Tidak merasa tanggungjawab untuk beramal demi kepentingan Islam
Tidak mahu berusaha untuk menyebarkannya dan menolongnya. Keadaan ini jauh berbeza dengan para sahabat Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Seorang pemuda , Ibnu Amr Radhiyallahu ‘Anhu terus melakukan dakwah kepada kaumnya sebaik sahaja dia masuk Islam. Tetapi majoriti orang-orang pada zaman ini hanya duduk senang dan tidak memiliki rasa tangunggjawab untuk melakukan dakwah meskipun sudah sekian lama dia sebagai seorang Muslim.

www.ukhwah.com
Forum : Al-Quran dan Hadis
Topik : Penyakit Lemah Iman

2 Tindakbalas²:

(( Bengkel Blog, 27 Mei 2008 ))



Alhamdulillah, Dr Asmat telah menghantar mesej dan memberitahu bahawa kira-kira 15 orang akan menghadiri bengkel ini.

InshaAllah akan diadakan esok, disampaikan oleh ana sendiri, di samping berkongsi pengetahuan dengan sahabat-sahabat... Semoga beroleh manfa'at..

(( Hedonisme : Remaja Islam..? - Repost ))

Hiburan tu memang best, tapi kita kena la tau batas2 yg telah ditetapkan dlm Islam dlm berhibur. Antaranya tidak boleh bergaul antara lelaki dan perempuan yg bukan muhrim dsb. Akan tetapi, kita dapat lihat bagaimana generasi hari ini makin jauh terpesong bukan sahaja dari adat ketimuran, malah jauh dari kehendak syara'. Hari ini, masjid sangat kurang dikunjungi oleh pemuda2 Islam. Walhal, pemuda Islam lah merupakan tunggak kegemilangan Islam.

Pemuda dan pemudi memang memegang peranan penting dalam hampir setiap perjuangan meraih cita-cita. Revolusi Perancis yang menumbangkan kekuasaan monarki digerakkan oleh para pemuda-pemudi. Perjuangan pro demokrasi di RRC dan Burma juga digerakkan oleh pemuda dan pemudi. Medan Tiananmen di Beijing, Cina boleh menjadi saksi bagaimana keberanian pemuda-pemudi menyongsong desingan peluru demi cita-cita demokrasi yang didambakannya. Bahkan foto yang merakamkan keberanian seorang pemuda pro-demokrasi menyongsong iringan kereta kebal menjadi foto jurnalistik terbaik sedunia seketika itu. Para pengikut setia Lenin dan Stalin di awal kemenangan komunis di Russia kebanyakannya adalah para pemuda. Pemuda Michail Gorbachev ketika berusia 18 tahun menulis, ' Lenin adalah ayahku, guruku dan Tuhanku'.



Begitu juga dalam sejarah dakwah Islam, pemuda-pemudi memegang peranan penting. Para Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk meyampaikan ajaran agama Allah terpilih dari kalangan pemuda yang rata-rata berusia sekitar empat puluh tahun. Berkata Ibnu Abbas R.A, "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja ( antara 30-40 tahun). Begitu juga tidak seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan (hanya) dari kalangan pemuda saja." (Tafsir Ibn Katsir III/63). Dalam Al Quran terdapat banyak kisah pemuda dalam menegakkan kebenaran. Ada pemuda Ashabul Kahfi, pemuda Musa, pemuda Yusuf dan sebagainya. Renunglah kisah bagaimana keberanian seorang pemuda iaitu Nabi Ibrahim yang kisahnya terdapat dalam surah Al Anbiyaa' :



"Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ." (( Surah 21, Al-Anbiyaa' : Ayat 60 ))

Ibrahim sememangnya menentang keras kebiasaan kaumnya yang menyembah sesuatu selain Allah.Ia mencela patung-patung sembahan mereka yang sama sekali tidak memberi manfaat dan hanya mendatangkan mudharat. Dalam surah Asy Syu'ara ayat 72, diceritakan bagaimana pemuda Ibrahim berdebat mengenai cara kaumnya berfikir.



"Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian." (( Surah 26, Asy-Syu'araa : Ayat 72-74 ))

Jelaslah bahawa mereka menyembah berhala-berhala itu kerana taqlid buta semata-mata, tanpa ilmu. Ibrahim lantas menjelaskan siapa yang sesungguhnya berhak disembah.

"Berkata Ibrahim, "karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam, (iaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku."" (( Surah 26, Asy-Syu'araa : Ayat 77-80 )) Bukan hanya berdebat,malahan Ibrahim juga bertindak. Ayat dari surah Al Anbiya menceritakan :

"Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. " (( Surah 21, Al-Anbiyaa' : Ayat 58 ))

Ketika mereka menangkap Ibrahim dan menuduhnya merosakkan berhala itu, Ibrahim meminta mereka untuk bertanya kepada berhala besar yang masih tertegak itu. Sudah tentu meraka tidak mahu melakukan kerana mereka tahu bahawa berhala itu tidak dapat berbicara.



"Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?" (( Surah 21, Al-Anbiyaa' : Ayat 65-66 ))

Lawat posting lama [ link ]

3 Tindakbalas²:

(( Sejarah Pembebasan Baitul Maqdis ))

* Dipetik dari forum iluvislam.com, [ link ]

Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub dilahirkan di Takrit Irak pada tahun 532 Hijrah /1138 Masihi dan wafat pada tahun 589 H/1193 M di Damsyik. Beliau adalah pengasas Daulat Al-Ayyubiyah dan bergelar Sultan Shalahuddin. Seorang pahlawan Islam yang paling gagah berani dalam perang Salib dan berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari tangan kaum Salib Kristian. Hasutan Sang Paderi Jerussalem merupakan kota Suci bagi ketiga-tiga agama samawi yakni Islam, Yahudi dan Kristian. Di dalam kota inilah letaknya Masjid Al-Aqsa yang dibangun oleh Nabi Sulaiman dan menjadi Kiblat pertama umat Islam sebelum beralih ke Baitullah di Makkah. Ketika Nabi Muhammad Isra’, singgah dan solat di masjid ini sebelum Mi’raj ke langit. Nabi Isa as. juga dilahirkan di Baitullaham berdekatan kota Jerussalam ini. Di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) Jerussalam dapat direbut oleh kaum Muslimin dalam suatu penyerahan kuasa secara damai. Khalifah Umar sendiri datang ke Jerussalem untuk menerima penyerahan kota Suci itu atas desakan dan persetujuan Uskup Agung Sophronius.


Berabad abad lamanya kota itu berada di bawah pentadbiran Islam, tapi penduduknya bebas memeluk agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing tanpa ada gangguan. Orang-orang Kristian dari seluruh dunia juga bebas datang untuk mengerjakan haji di kota Suci itu dan mengerjakan upacara keagamaannya. Orang-orang Kristian dari Eropah datang mengerjakan haji dalam jumlah rombongan yang besar dengan membawa obor dan pedang seperti tentera. Sebahagian dari mereka mempermainkan pedang dengan dikelilingi pasukan gendang dan seruling dan diiringkan pula oleh pasukan bersenjata lengkap. Sebelum Jerussalem ditadbir Kerajaan Seljuk pada tahun 1070, upacara seperti itu dibiarkan saja oleh umat Islam, kerana dasar toleransi agama. Akan tetapi apabila Kerajaan Seljuk memerintah, upacara seperti itu tidak dibenarkan, dengan alasan keselamatan. Mungkin kerana upacara tersebut semakin berbahaya. Lebih-lebih lagi kumpulan-kumpulan yang mengambil bahagian dalam upacara itu sering menyebabkan pergaduhan dan huruhara. Disebutkan bahawa pada tahun 1064 ketua Uskup memimpin pasukan seramai 7000 orang jemaah haji yang terdiri dari kumpulan Baron-baron dan para pahlawan telah menyerang orang-orang Arab dan orang-orang Turki. Itulah yang membimbangkan Kerajaan Seljuk. Jadi larangan itu demi keselamatan Jemaah haji Kristian itu sendiri. Malangnya, tindakan Seljuk itu menjadi salah anggapan oleh orang-orang Eropah. Ketua-ketua agama mereka telah berkempin bahawa kebebasan agamanya telah dicabuli oleh orang-orang Islam dan menyeru agar Tanah Suci itu dibebaskan dari genggaman umat Islam.

Patriach Ermite adalah paderi yang paling lantang dan bertungkus lumus mengapi-apikan kemarahan umat Kristian. Dia asalnya seorang tentera, tapi kemudian menjadi paderi, berwatak kepala angin dan cepat marah. Dalam usahanya untuk menarik simpati umat Kristian, Ermite telah berkeliling Eropah dengan mengenderai seekor kaldai sambil memikul kayu Salib besar, berkaki ayam dan berpakaian compang camping. Dia telah berpidato di hadapan orang ramai sama ada di dalam gereja, di jalan-jalan raya atau di pasar-pasar. Dia menceritakan sama ada benar atau bohong kisah kunjungannya ke Baitul Maqdis.


Katanya, dia melihat pencerobohan kesucian ke atas kubur Nabi Isa oleh Kerajaan Turki Seljuk. Diceritakan bahawa jemaah haji Kristian telah dihina, dizalimi dan dinista oleh orang-orang Islam di Jerussalem. Serentak dengan itu, dia menggalakkan orang ramai agar bangkit menyertai perang untuk membebaskan Jerussalem dari tangan orang Islam. Hasutan Ermite berhasil dengan menggalakkan. Paus Urbanus II mengumumkan ampunan seluruh dosa bagi yang bersedia dengan suka rela mengikuti Perang Suci itu, sekalipun sebelumnya dia merupakan seorang perompak, pembunuh, pencuri dan sebagainya. Maka keluarlah ribuan umat Kristian untuk mengikuti perang dengan memikul senjata untuk menyertai perang Suci. Mereka yang ingin mengikuti perang ini diperintahkan agar meletakkan tanda Salib di badannya, oleh kerana itulah perang ini disebut Perang Salib.



Paus Urbanus menetapkan tarikh 15 Ogos 1095 bagi pemberangkatan tentera Salib menuju Timur Tengah, tapi kalangan awam sudah tidak sabar menunggu lebih lama lagi setelah dijanjikan dengan berbagai kebebasan, kemewahan dan habuan. Mereka mendesak Paderi Patriach Ermite agar berangkat memimpin mereka. Maka Ermite pun berangkat dengan 60,000 orang pasukan, kemudian disusul oleh kaum tani dari Jerman seramai 20.000, datang lagi 200,000 orang menjadikan jumlah keseluruhannya 300,000 orang lelaki dan perempuan. Sepanjang perjalanan, mereka di izinkan merompak, memperkosa, berzina dan mabuk-mabuk. Setiap penduduk negeri yang dilaluinya, selalu mengalu-alukan dan memberikan bantuan seperlunya.

Akan tetapi sesampainya di Hongaria dan Bulgaria, sambutan sangat dingin, menyebabkan pasukan Salib yang sudah kekurangan makanan ini marah dan merampas harta benda penduduk. Penduduk di dua negeri ini tidak tinggal diam. Walau pun mereka sama-sama beragama Kristian, mereka tidak senang dan bertindak balas. Terjadilah pertempuran sengit dan pembunuhan yang mengerikan. Dari 300,000 orang pasukan Salib itu hanya 7000 sahaja yang selamat sampai di Semenanjung Thracia di bawah pimpinan sang Rahib.

Apabila pasukan Salib itu telah mendarat di pantai Asia kecil, pasukan kaum Muslimin yang di pimpin oleh Sultan Kalij Arselan telah menyambutnya dengan hayunan pedang. Maka terjadilah pertempuran sengit antara kaum Salib dengan pasukan Islam yang berakhir dengan hancur binasanya seluruh pasukan Salib itu.


Kaum Salib Mengganas

Setelah kaum Salib yang dipimpin oleh para Rahib yang tidak tahu strategi perang itu musnah sama sekali, muncullah pasukan Salib yang dipimpin oleh anak-anak Raja Godfrey dari Lorraine Perancis, Bohemund dari Normandy dan Raymond dari Toulouse. Mereka berkumpul di Konstantinopel dengan kekuatan 150,000 askar, kemudian menyeberang selat Bosfur dan melanggar wliayah Islam bagaikan air bah. Pasukan kaum Muslimin yang hanya berkekuatan 50,000 orang bertahan mati-matian di bawah pimpinan Sultan Kalij Arselan.


Satu persatu kota dan Benteng kaum Muslimin jatuh ke tangan kaum Salib, memaksa Kalij Arselan berundur dari satu benteng ke benteng yang lain sambil menyusun kekuatan dan taktik baru. Bala bantuan kaum Salib datang mencurah-curah dari negara-negara Eropah. Sedangkan Kalij Arselan tidak dapat mengharapkan bantuan dari wilayah-wilayah Islam yang lain, kerana mereka sibuk dengan kemelut dalaman masing-masing.

Setelah berlaku pertempuran sekian lama, akhirnya kaum Salib dapat mara dan mengepung Baitul Maqdis, tapi penduduk kota Suci itu tidak mahu menyerah kalah begitu saja. Mereka telah berjuang dengan jiwa raga mempertahankan kota Suci itu selama satu bulan. Akhirnya pada 15 Julai 1099, Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib, tercapailah cita-cita mereka.

Berlakulah keganasan luar biasa yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Kaum kafir Kristian itu telah menyembelih penduduk awam Islam lelaki, perempuan dan kanak-kanak dengan sangat ganasnya. Mereka juga membantai orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristian yang enggan bergabung dengan kaum Salib. Keganasan kaum Salib Kristian yang sangat melampau itu telah dikutuk dan diperkatakan oleh para saksi dan penulis sejarah yang terdiri dari berbagai agama dan bangsa.

Seorang ahli sejarah Perancis, Michaud berkata: “Pada saat penaklukan Jerussalem oleh orang Kristian tahun 1099, orang-orang Islam dibantai di jalan-jalan dan di rumah-rumah. Jerussalem tidak punya tempat lagi bagi orang-orang yang kalah itu. Beberapa orang cuba mengelak dari kematian dengan cara menghendap-hendap dari benteng, yang lain berkerumun di istana dan berbagai menara untuk mencari perlindungan terutama di masjid-masjid. Namun mereka tetap tidak dapat menyembunyikan diri dari pengejaran orang-orang Kristian itu.

Tentera Salib yang menjadi tuan di Masjid Umar, di mana orang-orang Islam cuba mempertahankan diri selama beberapa lama menambahkan lagi adegan-adegan yang mengerikan yang menodai penaklukan Titus. Tentera infanteri dan kaveleri lari tunggang langgang di antara para buruan. Di tengah huru-hara yang mengerikan itu yang terdengar hanya rintihan dan jeritan kematian. Orang-orang yang menang itu memijak-mijak tumpukan mayat ketika mereka lari mengejar orang yang cuba menyelamatkan diri dengan sia-sia.

Raymond d’Agiles, yang menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepalanya sendiri mengatakan: "Di bawah serambi masjid yang melengkung itu, genangan darah dalamnya mencecah lutut dan mencapai tali kekang kuda."

Aksi pembantaian hanya berhenti beberapa saat saja, yakni ketika pasukan Salib itu berkumpul untuk menyatakan kesyukuran di atas kemenangan mereka. Tapi sebaik saja upacara itu selesai, pembantaian diteruskan dengan lebih ganas lagi.

Seterusnya Michaud berkata: "Semua yang tertangkap yang disisakan dari pembantaian pertama, semua yang telah diselamatkan untuk mendapatkan upeti, dibantai dengan kejam. Orang-orang Islam itu dipaksa terjun dari puncak menara dan bumbung-bumbung rumah, mereka dibakar hidup-hidup , diheret dari tempat persembunyian bawah tanah, diheret ke hadapan umum dan dikorbankan di tiang gantungan. Air mata wanita, tangisan kanak-kanak, begitu juga pemandangan dari tempat Yesus Kristus memberikan ampun kepada para algojonya, sama sekali tidak dapat meredhakan nafsu membunuh orang-orang yang menang itu. Penyembelihan itu berlangsung selama seminggu. Beberapa orang yang berhasil melarikan diri, dimusnahkan atau dikurangkan bilangannya dengan perhambaan atau kerja paksa yang mengerikan."

Gustav lah Bon telah mensifatkan penyembelihan kaum Salib Kristian sebagaimana kata-katanya: “Kaum Salib kita yang “bertakwa” itu tidak memadai dengan melakukan berbagai bentuk kezaliman, kerosakan dan penganiayaan, mereka kemudian mengadakan suatu mesyuarat yang memutuskan supaya dibunuh saja semua penduduk Baitul Maqdis yang terdiri dari kaum Muslimin dan bangsa Yahudi serta orang-orang Kristian yang tidak memberikan pertolongan kepada mereka yang jumlah mencapai 60,000 orang. Orang-orang itu telah dibunuh semua dalam masa 8 hari saja termasuk perempuan, kanak-kanak dan orang tua, tidak seorang pun yang terkecuali.

Ahli sejarah Kristian yang lain, Mill, mengatakan: “Ketika itu diputuskan bahawa rasa kasihan tidak boleh diperlihatkan terhadap kaum Muslimin. Orang-orang yang kalah itu diheret ke tempat-tempat umum dan dibunuh. Semua kaum wanita yang sedang menyusu, anak-anak gadis dan anak-anak lelaki dibantai dengan kejam. Tanah padang, jalan-jalan, bahkan tempat-tempat yang tidak berpenghuni di Jerusssalem ditaburi oleh mayat-mayat wanita dan lelaki, dan tubuh kanak-kanak yang koyak-koyak. Tidak ada hati yang lebur dalam keharuan atau yang tergerak untuk berbuat kebajikan melihat peristiwa mengerikan itu.”


Kemunculan Panglima Shalahuddin

Jatuhnya kota Suci Baitul Maqdis ke tangan kaum Salib telah mengejutkan para pemimpin Islam. Mereka tidak menyangka kota Suci yang telah dikuasainya selama lebih 500 tahun itu boleh terlepas dalam sekelip mata. Mereka sedar akan kesilapan mereka kerana berpecah belah. Para ulama telah berbincang dengan para Sultan, Emir dan Khalifah agar mengambil berat dalam perkara ini.

Usaha mereka berhasil. Setiap penguasa negara Islam itu bersedia bergabung tenaga untuk merampas balik kota Suci tersebut. Di antara pemimpin yang paling gigih dalam usaha menghalau tentera Salib itu ialah Imamuddin Zanki dan diteruskan oleh anaknya Emir Nuruddin Zanki dengan dibantu oleh panglima Asasuddin Syirkuh.

Setelah hampir empat puluh tahun kaum Salib menduduki Baitul Maqdis, Shalahuddin Al-Ayyubi baru lahir ke dunia, yakni pada tahun 1138 Masihi. Keluarga Shalahuddin taat beragama dan berjiwa pahlawan. Ayahnya, Najmuddin Ayyub adalah seorang yang termasyhur dan beliau pulalah yang memberikan pendidikan awal kepada Shalahuddin.

Selain itu, Shalahuddin juga mendapat pendidikan dari bapa saudaranya Asasuddin Syirkuh seorang negarawan dan panglima perang Syria yang telah berhasil mengalahkan tentera Salib sama ada di Syria ataupun di Mesir. Dalam setiap peperangan yang dipimpin oleh panglima Asasuddin, Shalahuddin sentiasa ikut sebagai tentera pejuang sekalipun usianya masih muda.

Pada tahun 549 H/1154 M, panglima Asasuddin Syirkuh memimpin tenteranya merebut dan menguasai Damsyik. Shalahuddin yang ketika itu baru berusia 16 tahun turut serta sebagai pejuang. Pada tahun 558 H/1163 Masihi, panglima Asasuddin membawa Shalahuddin Al-Ayyubi yang ketika itu berusia 25 tahun untuk menundukkan Daulat Fatimiyah di Mesir yang diperintah oleh Aliran Syiah Ismailiyah yang semakin lemah.Usahanya berhasil. Khalifah Daulat Fatimiyah terakhir Adhid Lidinillah dipaksa oleh Asasuddin Syirkuh untuk menandatangani perjanjian. Akan tetapi, Wazir besar Shawar merasa cemburu melihat Syirkuh semakin popular di kalangan istana dan rakyat.

Dengan senyap-senyap dia pergi ke Baitul Maqdis dan meminta bantuan dari pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh daripada berkuasa di Mesir. Pasukan Salib yang dipimpin oleh King Almeric dari Jerussalem menerima baik jemputan itu. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Asasuddin dengan King Almeric yang berakhir dengan kekalahan Asasuddin. Setelah menerima syarat-syarat damai dari kaum Salib, panglima Asasuddin dan Shalahuddin dibenarkan balik ke Damsyik.

Kerjasama Wazir besar Shawar dengan orang kafir itu telah menimbulkan kemarahan Emir Nuruddin Zanki dan para pemimpin Islam lainnya termasuk Baghdad. Lalu dipersiapkannya tentera yang besar yang tetap dipimpin oleh panglima Syirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghukum si pengkhianat Shawar. King Almeric terburu-buru menyiapkan pasukannya untuk melindungi Wazir Shawar setelah mendengar kemaraan pasukan Islam. Akan tetapi Panglima Syirkuh kali ini bertindak lebih pantas dan berhasil membinasakan pasukan King Almeric dan menghalaunya dari bumi Mesir dengan aib sekali.

Panglima Shirkuh dan Shalahuddin terus mara ke ibu kota Kaherah dan mendapat tentangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar saja, dia sendiri melarikan diri dan bersembunyi. Khalifah Al-Adhid Lidinillah terpaksa menerima dan menyambut kedatangan panglima Syirkuh buat kali kedua.

Suatu hari panglima Shalahuddin Al-Ayyubi berziarah ke kuburan seorang wali Allah di Mesir, ternyata Wazir Besar Shawar dijumpai bersembunyi di situ. Shalahuddin segera menangkap Shawar, dibawa ke istana dan kemudian dihukum bunuh.

Khalifah Al-Adhid melantik panglima Asasuddin Syirkuh menjadi Wazir Besar menggantikan Shawar. Wazir Baru itu segera melakukan perbaikan dan pembersihan pada setiap institusi kerajaan secara berperingkat. Sementara anak saudaranya, panglima Shalahuddin Al-Ayyubi diperintahkan membawa pasukannya mengadakan pembersihan di kota-kota sepanjang sungai Nil sehingga Assuan di sebelah utara dan bandar-bandar lain termasuk bandar perdagangan Iskandariah


Menutup Daulat Fatimiyah

Wazir Besar Syirkuh tidak lama memegang jawatannya, kerana beliau wafat pada tahun 565 H/1169 M. Khalifah Al-Adhid melantik panglima Shalahuddin Al-Ayyubi menjadi Wazir Besar menggantikan Syirkuh dengan mendapat persetujuan pembesar-pembesar Kurdi dan Turki. Walaupun berkhidmat di bawah Khalifah Daulat Fatimiah, Shalahuddin tetap menganggap Emir Nuruddin Zanki sebagai ketuanya.

Nuruddin Zanki berulang kali mendesak Shahalahuddin agar menangkap Khalifah Al-Adhid dan mengakhiri kekuasaan Daulat Fatimiah untuk seterusnya diserahkan semula kepada Daulat Abbasiah di Baghdad. Akan tetapi Shalahuddin tidak mahu bertindak terburu-buru, beliau memperhatikan keadaan sekelilingnya sehingga musuh-musuh dalam selimut betul-betul lumpuh.

Barulah pada tahun 567 H/1171 Masihi, Shalahuddin mengumumkan penutupan Daulat Fatimiah dan kekuasaan diserahkan semula kepada Daulat Abbasiah. Maka doa untuk Khalifah Al-Adhid pada khutbah Jumaat hari itu telah ditukar kepada doa untuk Khalifah Al-Mustadhi dari Daulat Abbasiah.

Ketika pengumuman peralihan kuasa itu dibuat, Khalifah Al-Adhid sedang sakit kuat, sehingga beliau tidak mengetahui perubahan besar yang berlaku di dalam negerinya dan tidak mendengar bahawa Khatib Jumaat sudah tidak mendoakan dirinya lagi. Sehari selepas pengumuman itu, Khalifah Al-Adhid wafat dan dikebumikan sebagaimana kedudukan sebelumnya, yakni sebagai Khalifah.

Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Daulat Fatimyah yang dikuasai oleh kaum Syi’ah selama 270 tahun. Keadaan ini sememangnya telah lama ditunggu-tunggu oleh golongan Ahlussunnah di seluruh negara Islam lebih-lebih lagi di Mesir sendiri. Apalagi setelah Wazir Besar Shawar berkomplot dengan kaum Salib musuh Islam. Pengembalian kekuasaan kepada golongan Sunni itu telah disambut meriah di seluruh wilayah-wilayah Islam, lebih-lebih di Baghdad dan Syiria atas restu Khalifah Al-Mustadhi dan Emir Nuruddin Zanki.

Mereka sangat berterima kasih kepada Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi yang dengan kebijaksanaan dan kepintarannya telah menukar suasana itu secara aman dan damai. Serentak dengan itu pula, Wazir Besar Shalahuddin Al-Ayyubi telah merasmikan Universiti Al-Azhar yang selama ini dikenal sebagai pusat pengajian Syiah kepada pusat pengajian Ahlussunnah Wal Jamaah. Semoga Allah membalas jasa-jasa Shalahuddin.


Menyatupadukan Kuasa-Kuasa Islam

Walaupun sangat pintar dan bijak mengatur strategi dan berani di medan tempur, Shalahuddin berhati lembut, tidak mahu menipu atasan demi kekuasaan dunia. Beliau tetap setia pada atasannya, tidak mahu merampas kuasa untuk kepentingan peribadi. Kerana apa yang dikerjakannya selama ini hanyalah mencari peluang untuk menghalau tentera Salib dari bumi Jerussalem. Untuk tujuan ini, beliau berusaha menyatu padukan wilayah-wilyah Islam terlebih dahulu, kemudian menghapuskan para pengkhianat agama dan negara agar peristiwa Wazir Besar Shawar tidak berulang lagi.

Di Mesir, beliau telah berkuasa penuh, tapi masih tetap taat setia pada kepimpinan Nuruddin Zanki dan Khalifah di Baghdad. Tahun 1173 M, Emir Nuruddin Zanki wafat dan digantikan oleh puteranya Ismail yang ketika itu baru berusia 11 tahun dan bergelar Mulk al Shalih. Para ulama dan pembesar menginginkan agar Emir Salahudin mengambil alih kuasa kerana tidak suka kepada Mulk al-Shalih keran selalu cuai melaksanakan tanggungjawabnya dan suka bersenang-senang. Akan tetapi Shalahuddin tetap taat setia dan mendoakan Mulk al Saleh dalam setiap khutbah Jumaat, bahkan mengabadikannya pada mata wang syiling.

Apabila Damsyik terdedah pada serangan kaum Salib, barulah Shalahudin menggerakkan pasukannya ke Syiria untuk mempertahankan kota itu daripada jatuh. Tidak lama kemudian Ismail wafat, maka Shalahuddin menyatukan Syria dengan Mesir dan menubuhkan Emirat Al-Ayyubiyah dengan beliau sendiri sebagai Emirnya yang pertama. Tiada berapa lama kemudian, Sultan Shalahuddin dapat menggabungkan negeri-negeri An-Nubah, Sudan, Yaman dan Hijaz ke dalam kekuasaannya yang besar. Negara di Afirka yang telah diduduki oleh askar Salib dari Normandy, juga telah dapat direbutnya dalam masa yang singkat. Dengan ini kekuasaan Shalahuddin telah cukup besar dan kekuatan tenteranya cukup ramai untuk mengusir tentera kafir Kristian yang menduduki Baitul Maqdis selama berpuluh tahun.

Sifatnya yang lemah lembut, zuhud, wara’ dan sederhana membuat kaum Muslimin di bawah kekuasaannya sangat mencintainya. Demikian juga para ulama sentiasa mendoakannya agar cita-cita sucinya untuk merampas semula Tanah Suci berhasil dengan segera.


Perjuangan Merebut Baitul Maqdis

Setelah merasa kuat, Sultan Shalahuddin menumpukan perhatiannya untuk memusnahkan tentera Salib yang menduduki Baitul Maqdis dan merebut kota Suci itu semula. Banyak rintangan dan masalah yang dialami oleh Sultan sebelum maksudnya tercapai. Siasah yang mula-mula dijalankannya adalah mengajak tentera Salib untuk berdamai. Pada lahirnya, kaum Salib memandang bahawa Shalahuddin telah menyerah kalah, lalu mereka menerima perdamaian ini dengan sombong. Sultan sudah menjangka bahawa orang-orang kafir Kristian itu akan mengkhianati perjanjian, maka ini akan menjadi alasan bagi beliau untuk melancarkan serangan. Untuk ini, beliau telah membuat persiapan secukupnya.


Ternyata memang betul, baru sebentar perjanjian ditandatangani, kaum Salib telah mengadakan pelanggaran. Maka Sultan Shalahuddin, segera bergerak melancarkan serangan, tapi kali ini masih gagal dan beliau sendiri hampir ditawan. Beliau kembali ke markasnya dan menyusun kekuatan yang lebih besar.

Suatu kejadian yang mengejutkan Sultan dalam suasana perdamaian adalah tindakan seorang panglima Salib Count Rainald ada Chatillon yang bergerak dengan pasukannya untuk menyerang kota Suci Makkah dan Madinah. Akan tetapi pasukan ini hancur binasa digempur mujahid Islam di laut Merah dan Count Rainald dan sisa pasukannya balik ke Jerussalem. Dalam perjalanan, mereka telah berjumpa dengan satu iring-iringan kafilah kaum Muslimin yang didalamnya terdapat seorang saudara perempuan Sultan Shalahuddin. Tanpa berfikir panjang, Count dan kuncu-kuncunya menyerang kafilah tersebut dan menawan mereka termasuk saudara perempuan kepada Shalahuddin.

Dengan angkuh Count berkata: “Apakah Muhammad, Nabi mereka itu mampu datang untuk menyelamatkan mereka?”

Seorang anggota kafilah yang dapat meloloskan diri terus lari dan melapor kepada Sultan apa yang telah terjadi. Sultan sangat marah terhadap pencabulan gencatan senjata itu dan mengirim perutusan ke Jerussalem agar semua tawanan dibebaskan. Tapi mereka tidak memberikan jawapan. Ekoran kejadian ini, Sultan keluar membawa pasukannya untuk menghukum kaum Salib yang sering mengkhianati janji itu. Terjadilah pertempuran yang sangat besar di gunung Hittin sehingga dikenal dengan Perang Hittin.

Dalam pertempuran ini, Shalahuddin menang besar. Pasukan musuh yang berjumlah 45,000 orang hancur binasa dan hanya tinggal beberapa ribu saja yang sebagian besarnya menjadi tawanan termasuk Count Rainald ada Chatillon sendiri. Semuanya diangkut ke Damaskus. Count Rainald yang telah menawan saudara perempuan Sultan dan mempersendakan Nabi Muhammad itu digiring ke hadapan beliau.

Nah, bagaimana jadinya yang telah nampak oleh engkau sekarang? Apakah saya tidak cukup menjadi pengganti Nabi Besar Muhammad untuk melakukan pembalasan terhadap berbagai penghinaan engkau itu?” tanya Sultan Shalahuddin.

Shalahuddin mengajak Count agar masuk Islam, tapi dia tidak mahu. Maka dia pun dihukum bunuh kerana telah menghina Nabi Muhammad.


Kembali Ke Pangkuan Kaum Muslimin

Setelah melalui berbagai peperangan dan menakluk berbagai benteng dan kota, sampailah Sultan Shalahuddin pada matlamat utamanya iaitu merebut Baitul Maqdis. Kini beliau mengepung Jerussalem selama empat puluh hari membuat penduduk di dalam kota itu tidak dapat berbuat apa-apa dan kekurangan keperluan asas. Waktu itu Jerussalem dipenuhi dengan kaum pelarian dan orang-orang yang selamat dalam perang Hittin. Tentera pertahanannya sendiri tidak kurang dari 60,000 orang.

Pada mulanya Sultan menyerukan seruan agar kota Suci itu diserahkan secara damai. Beliau tidak ingin bertindak seperti yang dilakukan oleh Godfrey dan orang-orangnya pada tahun 1099 untuk membalas dendam. Akan tetapi pihak Kristian telah menolak tawaran baik dari Sultan, bahkan mereka mengangkat Komandan Perang untuk mempertahankan kota itu. Kerana mereka menolak seruan, Sultan Shalahuddin pun bersumpah akan membunuh semua orang Kristian di dalam kota itu sebagai membalas dendam ke atas peristiwa 90 tahun yang lalu. Mulailah pasukan kaum Muslimin melancarkan serangan ke atas kota itu dengan anak panah dan manjanik.

Kaum Salib membalas serangan itu dari dalam benteng. Setelah berlangsung serangan selama empat belas hari, kaum Salib melihat bahawa pintu benteng hampir musnah oleh serangan kaum Muslimin. Para pemimpin kaum Salib mulai merasa takut melihat kegigihan dan kekuatan pasukan Muslim yang hanya tinggal menunggu masa untuk melanggar masuk. Beberapa pemimpin Kristian telah keluar menemui Sultan Shalahuddin menyatakan hasratnya untuk menyerahkan kota Suci secara aman dan minta agar nyawa mereka diselamatkan.

Akan tetapi Sultan menolak sambil berkata: “Aku tidak akan menaklukkan kota ini keculai dengan kekerasan sebagaimana kamu dahulu menaklukinya dengan kekerasan. Aku tidak akan membiarkan seorang Kristian pun melainkan akan kubunuh sebagaimana engkau membunuh semua kaum Muslimin di dalam kota ini dahulu.”

Setelah usaha diplomatik mereka tidak berhasil, Datuk Bandar Jerussalem sendiri datang menghadap Sultan dengan merendah diri dan minta dikasihani, memujuk dan merayu dengan segala cara. Sultan Shalahuddin tidak menjawabnya.

Akhirnya ketua Kristian itu berkata: “Jika tuan tidak mahu berdamai dengan kami, kami akan balik dan membunuh semua tahanan (terdiri dari kaum Muslimin seramai 4000 orang) yang ada pada kami. Kami juga akan membunuh anak cucu kami dan perempuan-perempuan kami. Setelah itu kami akan binasakan rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang indah-indah, semua harta dan perhiasan yang ada pada kami akan dibakar. Kami juga akan memusnahkan Kubah Shahra’, kami akan hancurkan semua yang ada sehingga tidak ada apa-apa yang boleh dimanfaatkan lagi. Selepas itu, kami akan keluar untuk berperang mati-matian, kerana sudah tidak ada apa-apa lagi yang kami harapkan selepas ini. Tidak seorang pun boleh membunuh kami sehingga sebilangan orang-orang tuan terbunuh terlebih dahulu. Nah, jika demikian keadaannya, kebaikan apalagi yang tuan boleh harapkan?”

Setelah mendengar kata-kata nekad dan ugutan itu, Sultan Shalahuddin menjadi lembut dan kasihan dan bersedia untuk memberikan keamanan. Beliau meminta nasihat para ulama yang mendampinginya mengenai sumpah berat yang telah diucapkannya. Para ulama mengatakan bahawa beliau mesti menebus sumpahnya dengan membayar Kifarah sebagaimana yang telah disyariatkan.

Maka berlangsunglah penyerahan kota secara aman dengan syarat setiap penduduk mesti membayar wang tebusan. Bagi lelaki wajib membayar sepuluh dinar, perempuan lima dinar dan kanak-kanak dua dinar sahaja. Barangsiapa yang tidak mampu membayar tebusan, akan menjadi tawanan kaum Muslimin dan berkedudukan sebagai hamba. Semua rumah, senjata dan alat-alat peperangan lainnya mesti ditinggalkan untuk kaum Muslimin. Mereka boleh pergi ke mana-mana tempat yang aman untuk mereka. Mereka diberi tempoh selama empat puluh hari untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan barangsiapa yang tidak sanggup menunaikannya sehinnga lewat dari waktu itu, ia akan menjadi tawanan. Ternyata ada 16,000 orang Kristian yang tidak sanggup membayar wang tebusan. Semua mereka ditahan sebagai hamba.



Maka pada hari Jumaat 27 Rajab 583 Hijrah, Sultan Shalahuddin bersama kaum Muslimin memasuki Baitul Maqdis. Mereka melaungkan “Allahu Akbar” dan bersyukur kehadrat Allah s.w.t. Air mata kegembiraan menitis di setiap pipi kaum Muslimin sebaik saja memasuki kota itu. Para ulama dan salehin datang mengucapkan tahniah kepada Sultan Shalahuddin di atas perjuangannya yang telah berhasil. Apalagi tarikh tersebut bersamaan dengan tarikh Isra’ Nabi S.A.W dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Pada hari Jumaat tersebut, kaum Muslimin tidak sempat melaksanakan solat Jumaat di Masjidil Aqsa kerana sempitnya waktu. Mereka terpaksa membersihkan Masjid Suci itu dari bab*, kayu-kayu salib, gambar-gambar rahib dan patung-patung yang dipertuhan oleh kaum Kristian. Barulah pada Jumaat berikutnya mereka melaksanakan solat Jumaat di Masjidil Aqsa buat pertama kalinya dalam masa 92 tahun. Kadi Muhyiddin bin Muhammad bin Ali bin Zaki telah bertindak selaku khatib atas izin Sultan Shalahuddin.

Kejatuhan Jerussalem ke tangan kaum Muslimin telah membuat Eropah marah. Mereka melancarkan kutipan yang disebut “Saladin tithe”, yakni derma wajib untuk melawan Shalahuddin yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang Salib. Dengan angkatan perang yang besar, beberapa orang raja Eropah berangkat untuk merebut kota Suci itu semula. Maka terjadilah perang Salib ketiga yang sangat sengit. Namun demikian, Shalahuddin masih dapat mempertahankan Jerussalem sehingga perang tamat. Setahun selepas perang Salib ke tiga itu, Sultan Shalahuddin pulang kerahmatullah. Semoga Allah mencucuri rahmat ke atasnya, amin.


Peribadi Seorang Panglima

Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi terbilang sebagai pahlawan dan Panglima Islam yang besar. Pada beliau terkumpul sifat-sifat berani, wara’, zuhud, khusyu’, pemurah, pemaaf, tegas dan lain-lain sifat terpuji. Para ulama dan penulis sejarah telah memberikan kepujian yang melangit. Sifat pemurah dan pemaafnya diakui oleh lawan mahupun kawan. Seorang penulis sejarah mengatakan: “Hari kematiannya merupakan kehilangan besar bagi agama Islam dan kaum Muslimin, kerana mereka tidak pernah menderita semenjak kehilangan keempat-empat Khalifah yang pertama (Khulafaurrasyidin). Istana, kerajaan dan dunia diliputi oleh wajah-wajah yang tertunduk, seluruh kota terbenam dalam dukacita, dan rakyat mengikuti keranda jenazahnya dengan tangisan dan ratapan.”

Sultan Shalahuddin adalah seorang pahlawan yang menghabiskan waktunya dengan bekerja keras siang dan malam untuk Islam. Hidup nya sangat sederhana. Minumnya hanya air kosong, makanannya sederhana, pakaiannya dari jenis yang kasar. Beliau sentiasa menjaga waktu-waktu solat dan mengerjakannya secara berjamaah. Dikatakan bahawa beliau sepanjang hayatnya tidak pernah terlepas dari mengerjakan solat jamaah, bahkan ketika sakit yang membawa pada ajalnya, beliau masih tetap mengerjakan solat berjamaah. Sebaik saja imam masuk berdiri di tempatnya, beliau sudah siap di dalam saf. Beliau suka mendengarkan bacaan Al-Quran, Hadis dan ilmu pengetahuan. Dalam bidang Hadis, beliau memang mendengarkannya secara teratur, sehingga beliau boleh mengenal jenis-jenis hadis. Hatinya sangat lembut dan pemurah, sering menangis apabila mendengarkan hadis.

Di dalam buku The Historians’ History of the World disebutkan sifat-sifat Shalahuddin sebagai berikut: “Keberanian dan keberhasilan Sultan Shalahuddin itu terjelma seluruhnya pada perkembangan keperibadian yang luar biasa. Sama seperti halnya dengan Emir Imamuddin Zanki dan Emir Nuruddin Zanki, beliau juga merupakan seorang Muslim yang taat. Sudah menjadi kebiasaan bagi Sultan Shalahuddin membacakan Kitab Suci Al-Quran kepada pasukannya menjelang pertempuran berlangsung. Beliau juga sangat disiplin mengqada setiap puasanya yang tertinggal dan tidak pernah lalai mengerjakan solat lima waktu sampai pada akhir hayatnya. Minumannya tidak lain dari air kosong saja, memakai pakaian yang terbuat dari bulu yang kasar, dan mengizinkan dirinya untuk dipanggil ke depan pengadilan. Beliau mengajar sendiri anak-anaknya mengenai agama Islam.......” Seluruh kaum Muslimin yang menyaksikan kewafatannya menitiskan air mata apabila Sultan yang mengepalai negara yang terbentang luas dari Asia hingga ke Afrika itu hanya meninggalkan warisan 1 dinar dan 36 dirham. Tidak meninggalkan emas, tidak punya tanah atau kebun. Padahal berkhidmat pada kerajaan berpuluh tahun dan memegang jawatan sebagai panglima perang dan Menteri Besar sebelum menubuhkan Emirat Ayyubiyah.

Kain yang dibuat kafannya adalah betul-betul dari warisan beliau yang jelas-jelas halal dan sangat sederhana. Anak beliau yang bernama Fadhal telah masuk ke liang lahad meletakkan jenazah ayahnya. Dikatakan bahawa beliau dikebumikan bersama-sama pedangnya yang dipergunakan dalam setiap peperangan agar dapat menjadi saksi dan dijadikannya tongkat kelak pada hari kiamat. Rahimahullahu anh.

Ketika buku ini ditulis, Baitul Maqdis sedang berada di dalam kekuasaan Zionis Yahudi dengan negaranya Israil yang dipaksakan. Jika sekiranya ada kepala negara yang bersifat seperti Sultan Shalahuddin di Timur Tengah sana, insya Allah Baitul Maqdis dapat direbut semula oleh kaum Muslimin.

Dipetik Dari Buku: Ensiklopedia Para Wali Siri 3 "Himpunan Kisah Kekasih Allah".
Pengarang: Hj. Ahmad Muhd Abd. Ghaffar.

p/s - syukran kepada Abu Nuaiman@iluvislam

1 Tindakbalas²:

(( Memperingati 60 Tahun Nakbah Di Palestin ))

*Dipetik dari [ link ]

Sila copy dan bacakan Khutbah ini di masjid-masjid pada Jumaat 16 Mei 08



"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (( Surah 17, Al-Isra’ : Ayat 1))

Sidang Jumaat rahimahullah,
Semalam 15 Mei 2008 genaplah sudah 60 tahun, bumi yang menempatkan Qiblat pertama umat Islam dijajah oleh satu bangsa yang paling angkuh dan paling berkuasa di dunia ketika ini. Bumi Palestin yang telah di buka oleh Amirul Mu’minin Sayyidina Umar r.a. pada tahun 636M yang menjanjikan keamanan untuk semua, akhirnya telah dicemari dengan pelbagai kemusnahan dan kesengsaraan, kemusnahan kepada harta benda, tempat ibadah, akhlak, perasaan, malah nyawa insan yang sudah sekian lama menjadi penghuni tetap di bumi Allah yang diberkati itu. Yang menjadi perhitungan kaum ini hanyalah ‘bagaimana mereka mampu menjadikan insan selain mereka sebagai haiwan tunggangan (Guweim) demi mencapai hasrat mereka.

Sidang Jumaat rahimahullah,
60 tahun Nakbah.. Itulah istilah yang sentiasa bermain dibibir setiap insan yang prihatin mengenai isu Palestin, tanpa mengira siapa mereka. Bagi golongan Zionis mereka merayakan sempena angka 60 tersebut dengan penuh kegembiraan dan keseronokan yang menggambarkan sudah 6 dekat kaum mereka dapat bertapak dan berkuasa di bumi yang dipercayai sebagai ‘bumi yang dijanjikan (أرْضُ الْÙ…ِÙŠْعَاد)’ untuk kaum mereka, Manakala golongan Islam yang prihatin mengenai isu Palestin pula menjadikan angka tersebut sebagai satu peringatan bahawa sudah 6 dekat bumi Islam itu dijajah dan diperkosa.

Dari itu mereka menjadikan usaha-usaha lepas yang pernah dilakukan dalam membebaskan al-Aqsa sebagai pengalaman dan pengajaran untuk langkah seterusnya dalam perjuangan membebaskam `bumi perjuangan (أرْضُ الرِّبَاط) ini.

Istilah `Nakbah’ mungkin merupakan satu perkataan yang agak asing bagi sebahagian rakyat Malaysia melainkan buat mereka yang benar-benar prihatin mengenai isu umat Islam antarabangsa terutamanya di Palestin. `Nakbah’ bermaksud malapetaka atau bencana besar. Manakala `Nakbah Palestin’ merujuk kepada penubuhan Negara Haram Israel yang telah diistiharkan secara resminya pada 15hb Mei 1948. Peristiwa ini berlaku selepas terlaksananya kependudukan dan penjajahan haram oleh rejim Yahudi Zionis ke atas tanah dan penduduk asal Negara Palestin secara sistematik dengan bantuan British dan PBB. Tarikh penting tersebut adalah detik hitam buat penduduk asal bumi Palestin, orang-orang Arab dan dunia Islam secara keseluruhannya. Negara Palestin yang selama ini telah dinaungi kedamaian dan keadilan untuk ribuan tahun itu semakin merasai keperitan, kepedihan dan derita yang berpanjangan apabila mereka berada di bawah jajahan dan kongkongan Yahudi Zionis sejak enam dekad yang lalu.

Cadangan penubuhan negara khas untuk orang-orang Yahudi telah dibuat oleh seorang wartawan Hungari, Theodore Hertzl yang merupakan pengasas gerakan Zionis. Kewujudan Pertubuhan Yahudi Antarabangsa (WZO) melalui persidangannya yang pertama di Basle, Switzerland pada 27-29hb Ogos 1897 di bawah pimpinan wartawan tersebut telah membuka era aktiviti politik Zionis, mengorak langkah kepada pembentukan Negara Yahudi di Palestin.

Manakala British pula merupakan sekutu kuat gerakan Zionis sentiasa menyebelahi mereka, telah mengisytiharkan Deklarasi Balfour pada 2hb November 1917, dengan memberi jaminan untuk mewujudkan sebuah negara khusus untuk bangsa Yahudi di Palestin. Selepas itu berlakulah penghijrahan beramai-ramai secara sistematik yang melibatkan ratusan ribu Yahudi Eropah dan Rusia ke Palestin. Sedikit demi sedikit tanah milik penduduk Palestin dirampas sama ada dengan cara kekerasan mahupun dengan cara penipuan oleh pendatang Yahudi. Rentetan duka Palestin semakin berpanjangan apabila sidang pleno PBB yang dipengaruhi Yahudi telah mengeluarkan ‘Ketetapan 181’ yang malang pada 29hb November 1947 dengan membahagikan 2/3 tanah Negara Palestin kepada pendatang Yahudi manakala bakinya yang hanya 1/3 keluasan tanah pula diberikan kepada penduduk asal Palestin yang sah. Ketetapan ini sangat bercanggah dengan prinsip PBB sendiri iaitu untuk melaksanakan ketetapan hak-hak bangsa dari segi kebebasan dan penentuan nasib mereka sendiri.

Ketika Yahudi Zionis erat bekerjasama dengan British dan PBB demi mencapai cita-cita mereka, Liga Negara Arab pula gagal membantu perjuangan rakyat Palestin bagi mempertahankan hak-hak asasi mereka dalam mempertahankan kedaulatan Negara Palestin yang telah mereka diami sejak 4500 tahun lamanya. Penglibatan tentera dari Liga Negara Arab yang digembar-gemburkan itu hanyalah merupakan tragedi apabila mereka telah ditewaskan dengan mudah oleh angkatan tentera pengganas Yahudi yang juga telah meresap ke dalam pimpinan tentera Liga Negara Arab.

Dengan kekalahan yang mengaibkan tentera Arab di dalam peperangan ini dan diikuti dengan penaklukan 78 % bumi Palestin, Yahudi Zionis telah mengumumkan Negara “Israel” pada petang 14hb Mei 1948. British mengundurkan tentera dan pemerintahannya ke atas Palestin apabila Negara Israel yang merdeka diistiharkan secara resminya pada 15hb Mei 1948.

Sidang Jumaat rahimahullah,
Umat Islam Palestin kini merintih dan menangis meminta pembelaan dari saudara seakidah sebagaimana mereka pernah merintih dan menangis apabila tentera Salib menakluki Baitul Maqdis pada 4 Julai 1099 sehingga menyebabkan 70.000 muslimin dibunuh dengan kejam tanpa belas kasihan. Kalau dulu, keadaan seperti ini akhirnya dapat diselamatkan oleh Salahuddin al-Ayyubi pada 2 Oktober 1187, iaitu setelah selama 88 tahun bumi suci ini dijajah. Tetapi kini, dimanakah Salahuddin, sebagai pembebas Palestin? dan dimanakah Umar, sebagai pembuka Palestin?. Umat Islam hari ini memerlukan jiwa seperti mereka. Jiwa umat Islam perlu dibangunkan kembali, tanpa mengira sempadan geografi atau keturunan. Jiwa umat Islam seluruh dunia wajib disedarkan sekarang ini, sebagaimana sedarnya jiwa-jiwa umat Islam Palestin untuk membebaskan Baitul Maqdis apabila Intifadhah bermula pada 8 Disember 1987. Jiwa umat Islam perlu dimerdekakan daripada perhambaan kepada hamba, kepada perhambaan hanya kepada Allah Yang Tunggal lagi Maha Perkasa.

Sidang Jumaat rahimahullah,
Sesungguhnya pengganas Yahudi tidak pernah mengenal mangsa, sama ada bayi, kanak-kanak, remaja, lelaki, wanita, yang sempurna anggotanya maupun yang cacat. Malah al-Quran dan juga sejarah telah mencatatkan, bagaimana mereka sanggup membunuh para Anbiya’ daripada kalangan Bani Israel sendiri. Inilah apa yang telah berlaku ke atas Nabi Zakaria dan Nabi Yahya. Mereka juga telah menganggap bahawa merekalah yang telah membunuh Sayyidina Isa a.s. Walau bagaimana pun perkara ini telah dinafikan sendiri oleh al-Quran melalui firman Allah s.w.t.



"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa." (( Surah 4, An-Nisaa’ : Ayat 157))

Sidang Jumaat yang dirahmati Allah,
Peranan yang mungkin kita dapat laksanakan bagi menyatakan kebersamaan kita dengan umat Islam Palestin dan juga perjuangan membebaskan Masjidil Aqsa adalah berlegar sekitar tiga paksi penting, iaitu; pengetahuan, perasaan dan praktikal:

PAKSI PENGETAHUAN

1. Kita perlu mengetahui punca berlakunya isu di atas menurut sejarah (dulu dan sekarang), termasuk juga mengetahui latar belakang bumi Palestin dari sudut agama ataupun kebudayaan.

2. Perlu mengetahui hakikat pertembungan kita terhadap Yahudi, bukannya bertitik tolak daripada perasaan benci, dengki atau dendam, tetapi ia adalah bertitik tolak daripada tindak balas terhadap permusuhan yang mereka lakukan dan juga usaha untuk mengembalikan hak umat Islam yang dirampas.

3. Kita perlu mengetahui bahawa isu ini berkaitan dengan semua orang Islam dan juga arab serta perlunya menolak segala salah faham yang berkaitan dengannya.

4. Kita perlu memperbetulkan penggunaan istilah yang terpesong daripada maksud sebenar, yang cuba dimainkan oleh media musuh. Antaranya; istilah pengganas telah mereka gunakan bagi merujuk kepada umat Islam yang berjuang menentang penjajah di Palestin, begitu juga istilah operasi berani mati atau operasi bunuh diri telah diperkenalkan kepada dunia bagi menggantikan istilah sebenar dalam Islam iaitu operasi syahid.

5. Kita perlu mengetahui dan menyedari bahawa ketidak pedulian orang Islam dan arab daripada persoalan akhlak, nilai dan syariah di kalangan mereka adalah bahaya yang mengatasi kekuatan tentera yang ada pada Zionis.

6. Kita perlu memerangi fahaman yang negatif dan logika menyerah tanpa berusaha (mantiq tawaakuli), yang menyebabkan seseorang merasa berpuas hati, mundur ke belakang, hanya mengucap لا حول ولا قوة إلا بالله (tiada daya dan upaya melainkan milik Allah) dan berdoa, tanpa menunaikan kewajipan-kewajipan yang mereka mampu melaksanakannya.

7. Kita perlu menyatakan bahawa jihad mempunyai pelbagai cara, tanpa wujud sebarang pengurangan pahala atau kesannya dibandingkan dengan jihad bersenjata, seperti jihad dengan harta benda, jihad dengan ucapan, memboikot ekonomi musuh dan juga sokongan moral. Sesungguhnya setiap jiwa daripada kalangan umat ini baginya ada peranan dalam kontaks ini. Tidak ada seorang pun mempunyai alasan untuk berundur atau merasa lemah maupun bertangguh.

PAKSI MAKNAWI (JIWA)

1. Mengekang perasaan kecewa atau putus asa dengan merangsangkan harapan yang kuat dalam jiwa umat dengan meletakkan kebergantungan yang kuat kepada Allah s.w.t. serta percaya bahawa adanya di sana kayu ukur yang lain bagi mencapai kemenangan selain daripada kayu ukur biasa dalam bentuk zahir.

2. Menghidupkan perasaan dan sensitiviti terhadap apa yang sedang berlaku di sana, sama ada pencabulan tempat-tempat suci umat Islam, pembunuhan atau pencabulan ke atas kehormatan anak-anak gadis mereka.

3. Menghidupkan ruh jihad dalam jiwa ummah dan memerangi penyakit al-wahn yang diterjemahkan sebagai cintakan dunia serta takutkan mati. Di sinilah lahirnya kepentingan `tarbiyyah’ sama ada untuk individu maupun masyarakat.

4. Perlunya `nafas panjang’ tanpa gelojoh. Apa yang telah berlaku dan sedang berlaku merupakan hasil kesinambungan kerja yang dilakukan dalam tempoh yang panjang. Oleh itu `jalan pengislahan’ juga memerlukan tempoh.


PAKSI AMALI / PRAKTIKAL

1. Menyokong seruan pemboikotan ekonomi ke atas barangan musuh (zionis) dan juga pendokong mereka. Ini merupakan seruan yang telah dikeluarkan oleh Kesatuan Ulama’ Islam Sedunia yang dipengerusikan oleh Prof. Dr. Yusof al-Qardhawi sejak beberapa tahun lepas.

2. Menghulurkan derma dalam apa jua bentuk sekalipun untuk umat Islam Palestin melalui pintu-pintu resmi atau badan-badan NGO yang sedia ada dan diyakini.

3. Mengadakan pameran-pemeran mengenai apa yang berlaku di bumi Palestin, di masjid-masjid, surau-surau, dewan-dewan serbaguna atau sebagainya.

4. Tidak mengabaikan golongan bukan Islam dalam membicarakan dan melibatkan diri dalam isu ini, di atas asas persefahaman bersama dan menyerlahkan dimensi kemanusiaan. Persefahaman ini adalah bertitik tolak daripada kefahaman yang benar, adil dan berdasarkan kemanusiaan.


Sidang Jumaat rahimahullah,
Jika sekiranya bangsa Yahudi dimotivasikan oleh kitab Talmud mereka, umat Islam semestinya dimotivasikan dan dibangunkan jiwa mereka dengan kitab suci al-Quran. Itulah cara dan jalan terbaik bagi memastikan umat Islam terbela dan mendapat haknya serta tidak lagi diperkotak katikkan oleh musuh-musuh Islam. Sesungguhnya kemenangan Islam itu memang pasti akan berlaku, maka beruntunglah bagi mereka yang berusaha untuk mengembalikan semula kegemilangan Islam yang pernah dikecapi sebelum ini.

Allaahumma ya Aziz ya Muntaqim!, satukanlah hati-hati umat Islam dengan ikatan yang satu, demi mempertahankan tanah suci Baitul Maqdis. Berikanlah kepada kami kemenangan yang hakiki dan seterusnya memperoleh kejayaan abadi di Akhirat nanti. Lembutkanlah hati- hati kami untuk sentiasa menghulurkan pertolongan dan bantuan kepada saudara kami di Palestin dan jadikanlah kehidupan kami sebagai secebis perjuangan untuk membebaskan bumi yang tercinta Palestin.



"Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." (( Surah 5, Al-Maaidah : Ayat 78))

2 Tindakbalas²:

(( Bengkel Blog di Jitra ))

InshaAllah ana akan mengadakan bengkel blog pada 27 Mei 2008 ini. Syukran kepada pencetus idea ini, Dr Asmat Nizam bin Abdul Talib. Juga kepada sahabat2 lain yang membantu (En Hasbullah, Akh Fadhli dll). Semoga bengkel ini dapat dijalankan dengan jayanya.



InshaAllah, di samping membina blog, akan diselitkan juga cara untuk menghias blog agar lebih menarik. Tidak dilupakan juga memberi kesedaran agar menggunakan kemahiran membina blog untuk menyampaikan maklumat yang berguna kepada ummah.

(( Janganlah Bersusah Hati Ikhwah wal Akhowat ))

Artikel ini ana copy dari buletin di friendster oleh salah seorang ahli fs. ana edit sedikit agar mudah untuk dibaca oleh sahabat-sahabat semua. Yang baik jadikan teladan, yang buruk kita tinggalkan.

*************************************************************************************

Assalamu'alaikum...

Semoga kita sama-sama diberikan hidayah yang benar daripadaNya, dan semoga diri kita sentiasa berada dalam jalan Islam, da'kwah, tariyah dan jihad.

Dalam mengharungi hidup ini, memang kita perlu hidup beramai-ramai bersama mereka yang bersama-sama ingin menjaga keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Lagi-lagi dalam keadaan zaman sekarang yang sangat-sangat tidak membantu kita untuk berIslam dan beriman dengan sempurna.

Kita memang dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam berIslam. Firman Allah:



"Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar."
(( Surah 3, Ali 'Imraan : Ayat 142 ))

Bagaimana kita hendak mengatakan kita sudah boleh menginjak syurga, andai kita dalam berIslam sahaja kita belum bersungguh-sungguh? Dan untuk berIslam ini, pastinya kita memerlukan bimbingan. Tak usah malu hendak menyertai halaqoh ataupun usrah, sebab kita memang memerlukannya. Kerana halaqoh adalah tempat kita belajar dan melatih diri untuk berIslam dengan sempurna dan bersungguh-sungguh. Kerana tidak tahu dan tidak mampulah kita perlu belajar. Sebab tu kita ke sekolah. Sebab kita bodoh, tak tahu, sebab tu kena belajar. Orang pergi sekolah bukan sebab dah pandai. Sebab tu kita ke halaqoh, untuk MENUNTUT ilmu, bukan MENUNJUK ilmu.

Adapun ketika kita cuba mengamalkan islam dan cuba untuk berkomitmen dengan Islam, ada yang menentang, tidak suka dan mengkritik, itu adalah sunnatullah. Tiada Rasul yang berda'wah melainkan semuanya ditentang oleh umatnya. Hampir semua mereka mendapat cemuhan, siksaan dan ada yang dibunuh, hanya kerana ingin berIslam dan menyebarkan Islam. Begtu juga dengan kita. Ketika hendak berIslam, akan ada yang mengatakan kita sesat. Nak pakai pakaian yang menutup aurat dengan sempurna, tapi dikatakan pelik. Dikata ekstrim. Nak baca terjemahan quran, dikatakan sesat. Nak pergi masjid, dikatakan nak menunjuk-nunjuk. Dan halangan ini boleh sahaja datang daripada keluarga kita sendiri. Namun apakah kita akan berhenti daripada jalan ini? Tidak sama sekali. Sebab itu Allah mengingatkan kita:



"Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri akan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (( Surah 9, At-Taubah : Ayat 24 ))

Tentangan yang paling hebat ketika hendak berislam, berdakwah dan berjihad, sebenarnya adalah daripada keluarga kita sendiri. Oleh itu berjaga-jagalah.
Kesimpulannya, kita memang akan sentiasa diperli, dikutuk, dihina dan dicaci untuk membawa Islam. Akan difitnah yang pelbagai. Namun tetaplah bersabar, kerana yang kita cari sebenarnya bukan redha manusia, tapi redha Allah. Biar apapun yang orang kata asalkan dalam pandangan Allah, kita mulia.

Apa sikap kita kepada mereka yang menentang ini?

1st, sentiasa ingat, bila peribadi kita dikutuk atau diperli, ingat, inilah ujian daripada Allah, tanda cintanya pada kita. Orang yang dicintai Allah akan diberi pelbagai ujian kepayahan dan penderitaan, agar kita lebih dekat kepadaNya.

2nd, biasakan tersenyum ketika berhadapan dengan mereka-mereka yang bermasalah ini, sambil mengingatkan diri sendir bahawa ini adalah ujian daripada Allah untuk kita. Senyum akan membantu meredakan tekanan.

3rd, teruskan berhubungan baik dengan mereka. Jangan dijadikan musuh. Biarkan mereka melayan kita seburuk-buruk layanan. Tapi kita membalasnya dengan sebaik-baik akhlaq. Sentiasa memberi salam kepada mereka. Senyum ketika bertemu dan sebagainya. Mereka ini golongan yang tidak tahu dan tidak sedar hakikat kehidupan. Maka bersabarlah dengan mereka.

4th, untuk ahli keluarga pula, teruskan menunjukkan akhlaq yang terbaik kepada mereka. Biarkan ibubapa melarang kita menyertai halaqoh, kita jangan melawan. Tapi jangan sekali-kali meninggalkan halaqoh. Di depan mereka tidak perlu ceritakan tentang halaqoh, cuma tunjukan apa yang kita belajar dlm halaqoh: menghormati ibu bapa, memuliakan orang tua, menyenangkan hati orang lain, sentiasa membantu mereka, tidak pernah menyakiti hati mereka, dan sebagainya. Jika mereka menyinggung tentang halaqoh, tukarlah topik dengan segera. Yang penting pendirian kita tak akan pernah berubah, insya-Allah.

5th, terakhir sekali, perbanyakkan berdoa dan bermunajat kepada Allah agar diberikan kekuatan, ketabahan dan keimanan serta ketaqwaan kepadaNya. Mohonkan juga agar ibu bapa, saudara-saudara kita, adik beradik, kawan-kawan dan masyarakat kita diberikan kefahaman terhadap agama. Semoga mereka juga diberi hidayah, sepertimana kita menginginkan hidayah.

Semoga membantu, Wallahua'lam...

p/s - syukran kepada umairzulkefli@frienster

(( Recent Article Read by kahfi8 // v3 ))

(( Recent Article Read by kahfi8 // v2 ))

Baru aje baca artikel-artikel ni..
Jom sama2 kita kongsi lagi pendapat di sini..
Sedarlah wahai saudara2ku!! Jangan lalai lagi!!

Asy-Syahiid Hasan Al-Banna; Semarak Perjuangan@iluvislam



Da'wah & Cinta; Lawan atau Kawal@iluvislam

Nakbah; Jangan Lupakan Tarikh Itu@iluvislam


1 Tindakbalas²:

(( Perkhemahan Lata Celak : 15-17 Mei 2008 ))

Alhamdulillah, semalam ana pulang dari Mukhayyam KARISMA di Lata Celak, Baling. Banyak input-input berkaitan da'wah dan tarbiyyah yang didapati. InshaAllah akan ana kongsikan tidak lama lagi. Hari ini ana memulakan tugas sebagai Research Assisstant kepada Dr Asmat Nizam Abdul Talib, pensyarah Kolej Perniagaan UUM. Agak sibuk sedikit, dan ana juga terpaksa melewatkan sedikit masa untuk pulang ke kampung. Tambahan pula, ana dijemput untuk membantu dalam beberapa aktiviti. Semoga Allah mempermudahkan segala urusan.


(( Tidur Yang Bermanfa'at ))

Tidur siang pernah dianggap sebagai salah satu tanda kemalasan. Islam menganggapnya sebagai suatu kebaikan asalkan seseorang itu tidak berlebih-lebihan dengannya. Di dalam kitab 'Misykatul Masabih' disebutkan tentang salah satu amalan sunnah yang pernah dilakukan oleh Nabi:

"Tidur yang sedikit di waktu tengahari (qailulah) tidaklah keji. Rasulullah ada melakukannya." Imam Al Ghazali di dalam kitab 'Ihya Ulumuddin' telah berkata: "Hendaklah seseorang tidak meninggalkan tidur di siang hari kerana ianya membantu ibadah di malam hari sebagaimana sahur membantu puasa di siang hari. Sebaik-baiknya ialah bangun sebelum tergelincir matahari untuk solat zohor."

Islam mempunyai pandangan tertentu tentang tidur tengahari. Ia dianggap sebagai sunnah dan bukan sebagai suatu yang keji. Tidurnya hanya sekejap. Tujuannya adalah untuk kesegaran tubuh badan agar dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan amal dan ibadah yang berkualiti. Dewasa ini, berpandukan kajian-kajian saintifik, tidur sekejap di waktu siang (day napping), terutamanya pada waktu tengahari, didapati amat berkesan untuk mempertingkatkan tenaga, tumpuan dan akhirnya produktiviti pekerja-pekerja.

Baru-baru ini satu kajian 25 tahun tentang kesan tidur ke atas negara-negara industri dan pasca-industri telah mendapati bahawa "92.5% pekerja-pekerja yang berkesempatan tidur di waktu tengahari, mempunyai daya kreativiti yang lebih tinggi. Daya kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah juga meningkat. Semua ini pastinya meningkatkan produktiviti." (Napping News: 'Scientific Proof Confirms: Napping Enhances Worker Productivity,' from eFuse).



Waktu tengahari merupakan masa yang paling sesuai untuk tidur seketika kerana sistem badan kita memang bersedia untuk memanfaatkan fasa tidur pada waktu itu. Fasa ini disebutkan sebagai 'a midafternoon quiescent phase' atau ' a secondary sleep gate.' Di antara tokoh-tokoh yang menggalakkan tidur tengahari ini ialah dari. William A. Anthony, Ph.di. dan Camille W. Anthony, pengarang buku 'The Art of Napping at Work.' Demikian juga yang disebutkan oleh David F. Dinges dan Roger J. Broughton di dalam buku mereka 'Sleep and Alertness: Chronobiological, Behavioural and Medical Aspects of Napping.' dari. James Maas, pakar tidur dari Cornell University juga telah merumuskan bahawa tidur di tengahari sekadar 15-20 minit sudah mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan menjaga kesihatan. Seorang pengkaji yang lain, Donald Greeley, telah mengatakan bahawa tidur tengahari adalah bermanfaat selama mana ianya tidak melebihi satu jam. (Gail Benchener: 'Parents and Sleep Deprivation,' Family.com)

Sunnah tidur tengahari yang diajarkan Nabi rupa-rupanya merupakan suatu yang amat saintifik lagi relevan pada hari ini.

Hebatnya Sunnah baginda!

Sumber : [[ link ]]

(( Suamiku Programmer ))

Sahabatku sekalian, sebelum anda memutuskan untuk berkahwin dengan seorang "programmer" anda perlu fikir dengan semasak-masaknya dulu sebelum anda menyesal di kemudian hari. Ini adalah contoh daripada seorang isteri yang mengadu mengenai hubungannya dan si suami, seorang PROGRAMMER setiap hari.

Suami : (Setelah balik lewat dari pejabat) Selamat malam sayang, sekarang saya logged in."

Isteri : Abang ada beli tak barang yang saya pesan tadi?

Suami : Bad command or filename.

Isteri : Tapi kan ke saya dah call abang pagi tadi kat pejabat suruh abang beli!

Suami : Errorneous syntax. Abort?

isteri : Ish. Abang ini, takkan itu pun tak ingat? Haa... Abang kata tadi dalam telefon nak beli tv? Mana dia?

Suami : Variable not found...

Isteri : Abang ini memang tak boleh harap lah. Bak kad kredit abang. Biar saya pergi belikan dan shopping barang dapur sekali.

Suami : Sharing Violation. Access denied...

Isteri : Abang ni tak sayang saya ke? Abang lebih sayang komputer abang tu dari saya. Saya tak tahan lah kalau macam ni selalu.

Suami : Too many parameters...

Isteri : Saya menyesal pilih abang sebagai suami saya. Harapkan muka saja handsome.

Suami : Data type mismatch.

Isteri : Abang ini memang betul-betul tak berguna lah.

Suami : It's by Default.

Isteri : Macamana pula dengan gaji abang?

Suami : File in use ... Try later.

Isteri : Kalau begitu, apa peranan saya disisi abang sebagai seorang isteri?

Suami : Unknown Virus.



Copy paste dari [[ link 1 ]]